Jumat, 03 Juni 2011

enam belas lewat delapan belas

 
Rambut setengah gondrong Sukri berkibar kibar berkelahi dengan angin.Tangannya lentur mengendalikan stang menyusuri jalan yang di kanan kirinya sombong berdiri mahoni tua yang kuyu dimakan usia.Mahoni tua berbanjar lurus menjaga sisi jalan yang sepi,tugasnya hanya satu,diam dan diam.Di belakang Sukri,Saminah membonceng.Rambutnya tertutup bahan sebagai alat pelindung aurat.Baju lengan panjang (di lingkar leher sampai bawah)berselancar sulaman warna merah jambu menggoda mata.Kakinya yang indah tertutup kain yang menyerasikan diri pada baju yang dikenakan.Kaus kaki hijau muda ketat menghangatkan jemari kakinya.Berdua dalam satu transportasi roda dua.Mahoni tua yang berbanjar bersuara riuh rendah menyimponi dua insan yang meraja di jalan itu.Kepodang kuning yang kehilangan anaknya,lantaran dicuri oleh manusia,berteriak parau tak peduli dengan melintasnya Sukri dan Saminah.Ulat hijau yang ganas rakus melahap daun mangga sejenak terhenti oleh wangi harum tubuh Saminah.Delapan kelokan sudah dilewati.Tinggal empat belas kelokan di depan yang menghadang menantang dua sejoli ini.Beberapa kendaraan roda empat bablas mendahului Sukri.Sukri hanya mampu meminggirkan sedikit ke sisi jalan.Tak ayal rodanya bertinju dengan batu yang santai berjemur diri.Saminah terpental pental erat memegang pinggang Sukri.Inilah saat terindah dalam berkendaraan gumam Sukri dalam hati.Di kanan jalan dilewatinya penjahit wanita agak gembur asik menggoyangkan kaki memutar mesin jahit.Sesekali kepalanya ditolehkan ke jalan sekedar rutinitas harian.Pandangannya tertuju ke arah Sukri dan Saminah.Bukan karena kecantikan Saminah yang menggoda,tapi kendaraan yang dipakai Sukri.Tinggal dua kelokan yang dihadapi.Jalan menanjak.Sukri dengan tangkas mengendalikan transportasinya.Saminah memandang bukit yang diselimuti daun hijau.Kepulan asap dari pembakaran sampah di ladang membumbung tinggi malas meliuk menembus langit.
" Min "
" Ya mas"
Terus melaju.Saminah penasaran " Ada apa mas?"
" Gak , kirain kamu ketinggal di jalan "
Satu cubitan mendarat di pinggang Sukri.Entah mengapa pinggang itu langganan cubitan.Mungkin sudah ribuan kali dicubit.
Masjid Baiturrahman mulai terlihat.Saminah merapikan penutup rambutnya.Kendaraan terus melaju.
" Jam berapa nanti selesainya Min?"
" Insya Allha jam empat sore..gak bisa jemput ya"
" Insya Allah bisa"
Saminah turun,Sukri tetap duduk.
" Min...."
" Ada apasih mas..kok dari tadi Min Min Min terus.."
" Kan itu namamu"
" Tingal dulu ya mas,jam empat nanti jemput ya.."
" Min..."
Saminah menoleh,senyum manisnya membuncah menerpa wajah Sukri.
" Kalau nanti aku gak njemput marah gak?"
Saminah menghentikan langkah menuju masjid.Menoleh an dmenatap sendu.Matanya bening tanpa polesan warna.Bibirnya merah muda alami.
" Jujur mas....saya tetep mengharap mas menjemput"
Saminah kembali berjalan menuju masjid untuk mengaji.
Pukul empat sore lewat delapan belas menit.Saminah duduk di teras masjid bersama tiga ahwat.Sambil menunggu Sukri menjemput,mereka asik menikmati keteduhan masjid.
Saminah berbunga melihat Sukri datang.Saminah bergegas menghampiri Sukri yang masih berada di disi jalan akan berbelok dengan kendaraannya.Wajah dan hati Saminah berbunga.Sang pujaan telah datang.Ketika Sukri berbelok datang kendaraan mini bus menhantam dengan keras.Tubuh Sukri terpental kesisi jalan.Sepedanya hancur.Boncengan yang biasa diduduki Saminah terpental jauh seolah mengucapkan perpisahan pada Saminah.Tubuh Sukri menggeliat di pelukan Saminah.Saminah memeluk erat dengan darah yang membasahi dadanya.Darah cinta yang menggelora.Darah sang pujaan yang selalu taat pada apa yang ditaati.Darah yang penuh harap dapat menyunting Saminah.Satu ucap lirih keluar dari mulut Sukri pelan.Saminah mendekatkan telinganya ke mulut Sukri.Baru kali pertama Saminah menjamah tubuh laki-laki,tubuh laki-laki yang mampu menentramkan gundahnya.Saminah menahan tangis demi iman dan tawakal.
" Min....saya mencintai mu Min...Allahuakbar........"
Hening
Dan Mataharipun tenggelam dengan tetap menatap tubuh kaku Sukri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar