Senin, 30 Mei 2011

Motif Cinta (konsep cinta Imam Al Ghazali ra )




Rivqi Van West Java


Dalam pembahasan ini, akan kita bahas tentang faktor-faktor yg menjadi motif-motif cinta. Dan yg kami maksudkan di sini adalah suatu perasaan yg disusul kehendak dan kecenderungan, dimana hal ini dikaitkan dengan orang yg mencintai. Dan bisa juga diartikan sebab yg melatarbelakangi tumbuhnya cinta dan yg menjadi gantungannya, dan dalam hal ini berkaitan dengan orang yg dicintai.

Yg kami maksudkan motif cinta dalam pembahasan ini adalah paduan antara keduanya, yg berkaitan dengan orang yg mencintai dan orang yg dicintai. Yaitu sifat-sifat yg mendorong untuk mencintainya, dan adanya rasa cinta dan keserasian yg memadukan orang yg mencintai dan orang yg dicintai. Ini merupakan jalinan antara keduanya, yg merupakan jalinan antara makhluq dengan makhluq dalam suatu keserasian dan kesesuaian.

Sebagaimana telah kami bahas dalam pembahasan sebelumnya, bahwa keindahan itu terdiri dari dua bagian, yakni keindahan lahir dan keindahan bathin. Maka dalam hal ini, pesona keindahan yg menjadi motif cinta pun bisa kita bagi ke dalam dua garis besar tersebut.

Sesungguhnya, cinta terhadap sesuatu bisa membuat buta dan tuli. Orang yg mencintai tidak melihat seseorang yg lebih menawan daripada orang yg dicintai. Boleh jadi pesona keindahan orang yg dicintai itu biasa-biasa saja, tetapi di mata orang yg mencintai pesonanya tampak sempurna. Tidak dapat disangsikan bahwa orang yg dicintai adalah sesuatu yg paling manis di mata orang yg mencintai dan lebih berharga dari segala sesuatu. Seorang penyair berkata:
"Aku tak tahu apakah pesonanya yg memikat
atau mungkin akalku yg tidak lagi di tempat."

Boleh jadi pesona keindahan lahir itu diobral, tetapi toh tidak bisa dinikmati secara utuh sehingga kekuatan cinta pun biasa-biasa saja. Jika hakikat pesona keindahan itu dikuak, tentu ia akan menawan hati. Oleh karena itu para wanita diperintahkan untuk menutup wajahnya dari pandangan laki-laki. Sebab penampakan wajah mewakili kesempurnaan keindahan lahir, sehingga mudah menimbulkan cobaan. Maka laki-laki yg hendak melamar wanita disyari'atkan untuk melihat wajahnya. Sebab jika dia sudah melihat kecantikan dan keindahannya, tentu lebih bisa membuahkan cinta dan kebersamaan diantara keduanya.

Jika hal tersebut dilakukan, maka bisa tercipta kesesuaian dan hubungan yg menumbuhkan cinta, sekalipun hal ini bukan merupakan jaminan. Sebab kesesuaian ruh merupakan sebab yg paling kuat untuk menumbuhkan cinta. Jika tujuan orang yg dicintai sesuai dengan tujuan orang yg mencintai, maka akan tumbuh keselarasan antara jiwa orang yg mencintai dan orang yg dicintai. Jika tujuan ini berbenturan, maka kesesuaian juga tidak akan tercipta.

Kesesuain yg asli adalah kecocokan akhlak dan persamaan jiwa yg akan menimbulkan kerinduan satu jiwa terhadap jiwa yg cocok dengannya. Daya tarik semacam ini tumbuh karena hal-hal yg khusus. Kejadian seperti ini tidak bisa ditelusuri latar belakangnya dan tidak bisa dicari alasannya. Inilah yg mendorong sebagian orang untuk berkata, "Cinta tidak tumbuh karena alasan keindahan dan keelokan lahir, sehingga jika tiada keindahan dan keelokan tersebut tiada pula cinta. Tetapi cinta adalah kesesuaian jiwa dan kecocokan tabiatnya." Tidak dapat diragukan, kesesuaian dan kecocokan bathin memiliki porsi yg lebih banyak dalam tumbuhnya cinta daripada sekedar pertimbangan keindahan dan keelokan lahir.

Jiwa yg mulia, agung dan suci lebih mencintai sifat-sifat kesempurnaan yg ada pada dzat yg dimaksud. Yg paling dicintainya adalah ilmu, keberanian, kemurahan hati, kehormatan diri, kebaikan, kesabaran dan keteguhan hati. Karena sifat-sifat seperti ini sesuai dengan relung sanubarinya. Berbeda dengan jiwa yg hina dan murahan, yg tidak menyukai sifat-sifat seperti ini. Mencintai sifat kesempurnaan merupakan gambaran cinta yg paling tinggi dan paling banyak memberikan manfaat, sehingga lebih memungkinkan untuk menciptakan kesesuaian antara dua jiwa. Maka dari itu jiwa yg paling tinggi dan mulia adalah yg paling layak untuk dicintai.

Jika cinta tumbuh karena kesesuaian dan kecocokan, maka cinta itu akan menjadi kokoh dan kuat, tidak akan sirna kecuali oleh penghambat yg lebih kuat dari penyebab cinta itu. Jika cinta itu tumbuh bukan karena kecocokan dan kesesuaian, tentunya cinta itu dilatarbelakangi tujuan tertentu yg mudah luntur jika tujuan itu juga luntur dan menipis.

Andaikata penyebab tumbuhnya cinta hanyalah keelokan lahir, tentunya mereka yg tidak memiliki keelokan tersebut tidak akan dianggap baik sama sekali. Kadangkala kita mendapatkan orang yg lebh memilih pasangan,--dalam hal ini istri atau suami--, yg lebih buruk rupanya, padahal dia juga mengakui keelokan yg lain. Meski begitu tidak ada kendala apa-apa di dalam hatinya. Karena kecocokan dan kesesuaian jiwa merupakan sesuatu yg paling disukai manusia, dengan begitu kita tahu bahwa inilah yg paling penting di atas segala-galanya. Memang bisa saja cinta tumbuh karena sebab-sebab tertentu, tetapi cinta semacam itu akan cepat lenyap seiring dengan lenyapnya sebab tersebut.

Kita sama-sama mengetahui bahwa motif cinta itu bermacam-macam. Yg paling mulia adalah cinta orang-orang yg mencintai karena Allah. Ada cinta yg bersemi saat sama-sama mencari lapangan pekerjaan, karena ada kecocokan madzhab, karena ilmu yg dimiliki, cinta kekerabatan, cinta karena persahabatan, cinta karena sama-sama suka berbuat kebajikan kepada orang lain, cinta karena melihat kedudukan orang yg dicintai, cinta karena masing-masing memiliki rahasia yg dipendam, dan yg lainnya.

Semua jenis cinta tersebut akan luntur jika penyebabnya juga luntur, menjadi mantap jika penyebabnya semakin mantap, menyusut jika penyebabnya menyusut, membara karena saling berdekatan, mereda karena saling berjauhan. Dan rasanya keadaan seperti ini sangatlah jauh dari gambaran cinta sejati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar